RAJAMOBIL.COM, Jakarta – Banyak mobil modern saat ini dilengkapi dengan automatic engine start-stop. Apa manfaatnya?
Sistem ini dirancang untuk menghemat bahan bakar saat mesin langsam ketika mobil berhenti, misalnya di lampu merah. Dengan sistem ini, ketika mesin hidup langsam saat di lampu merah atau menunggu dalam beberapa waktu, maka mesin akan otomatis mati.
Tapi apakah bensin yang terbuang saat mesin langsam tak banyak? Memang benar, tapi itu juga tergantung pada cara mengemudinya. Mari kita simak cara kerja sistem ini, seperti dilansir Autoguide.
Pada mobil dengan girboks manual, posisi gigi harus netral untuk mengaktifkan sistem ini sehingga mesin akan mati sendiri saat langsam. Ketika pedal rem tak lagi diinjak atau ketika gigi dimasukkan, mesin akan otomatis hidup lagi untuk melanjutkan perjalanan. Tapi restart mesin yang berulang-ulang ini membutuhkan motor starter yang handal dan juga didukung aki yang lebih kuat dan terpisah.
Selain itu, berbeda dengan ketika mematikan mesin biasa pada mobil tanpa automatic engine star-stop, mobil dengan sistem ini meski mesinnya mati, tapi sejumlah sistem lain tetap aktif. Contohnya, meski mesin mati, tapi AC, navigasi, radio dan lainnya tetap aktif. Makanya dibutuhkan aki terpisah berkapasitas lebih besar atau kapasitor agar semua sistem tetap aktif meski mesin mati.
Lalu, apakah sistem ini benar-benar ‘nendang’ untuk menghemat bahan bakar? Penjelasannya adalah, efektivitas sistem ini tergantung pada berbagai alasan. Tapi rata-rata efisiensi meningkat sekitar 4 persen. Persentase akan meningkat pada mobil hybrid.
Tapi untuk pengemudian di dalam kota yang macet, sistem ini akan meningkatkan efisiensi hingga 8 persen. Namun untuk pengemudian yang agresif atau di jalan bebas hambatan, sistem ini kurang ‘nendang’. [yog]